Saturday, January 9, 2016

Pencemaran Nama Baik

Makna, arti, definisi, atau pengertian Netizen secara harfiyah adalah "warga internet". Istilah NETIZEN dibentuk dari dua kata: INTERNET dan CITIZEN (warga). Dalam kamus-kamus internet kita menemukan pengertian netizen sebagai: 
  1. An entity or person actively involved in online communities 
  2. Anyone who uses the internet becomes a netizen
  3. A person who actively uses the Internet especially in a proper and responsible way
  4. An active participant in the online community of the Internet 
Jadi, bisa disimpulkan, Netizen adalah user (pengguna) internet aktif dalam berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, berkolaborasi, di media internet.

Facebook aktif, blogger, pengguna twitter (tweeps), dan "aktivis" sosial media lainnya termasuk dalam kategori netizens.

Apa sih hubungannya dengan judul postingan ini? Kali ini saya ingin mengambil contoh kasus mengenai pencemaran nama baik atas driver dan juga perusahaan transportasi Uber. Dapat saya kutip dari berita

DENPASAR, POS BALI – Seorang perempuan bernama Rachmania mengaku nyaris diculik dan diperkosa oleh seorang sopir Taksi Uber di Pulau Bali. Dugaan pemerkosaan itu diungkap rekannya Rachmania bernama Wu Chang dengan memajang aplikasi Uber yang telah dibatalkannya di situs berbagi foto, Path. 
Di foto dalam situs yang dipajangnya, dia men-screenshoot pemesanan dengan sopir taksi bernama Rendi. Lantas ia menulis “Hati2!!!! Ada kejadian serem terjadi sama temen kita. Amost got kidnapped and raped with this uber driver at 3.30 am in the morning in Bali. Everyone be careful. Terjemahannya kurang lebih, Nyaris diculik dan diperkosa oleh sopir Uber ini pada pukul 3.30 am di pagi hari di Bali. Semua orang agar berhati-hati.” 
Terkait hal itu, Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Badung, K. Ngurah Sutharma, SH., meminta masyarakat jangan selalu percaya dengan sesuatu yang mudah dan murah, karena karakter sopir Taksi Uber tidak ada yang tahu dan tidak ada perusahaan yang bisa bertanggungjawab. Karena Uber hanya aplikasi, sehingga masyarakat harus berhati-hati dan waspada terhadap keamanan dan keselamatan dengan iming-iming kemudahan dan biaya yang murah. 
“Saya sudah prediksi Uber dan Grab akan hancur karena ulah sopir. Maka masyarakat harus waspada dengan pelayanan yang dipandang murah dan mudah. Orang kan mencari yang mudah dan murah, tapi karakter sopirnya kan tidak jelas. Apalagi uber itu kan tidak ada kantornya dan yang bertanggungjawab tidak ada. Itulah kenapa sopir bisa memperkosa atau nantinya bisa merampok dan membunuh,” ujarnya saat dihubungi POS BALI, Minggu (10/1) kemarin. 
Oleh karena itu, Ketua Koperasi Wahana Dharma Organda Bali ini meminta pemerintah daerah bertindak tegas, jika sampai Taksi Uber merugikan masyarakat. Apalagi selama ini telah mengganggu kenyamanan taksi yang legal dan membayar pajak. “Anggota kami sudah benar-benar sangat terganggu, karena dugaan pemerkosaan itu telah mencoreng citra sopir taksi yang legal. Pemerintah harus segera bertindak tegas, karena sudah sangat merugikan dan menggangu keselamatan masyarakat. Jangan sampai taksi yang legal diobokobok membayar pajak, tapi yang jelas-jelas membahayakan dan tidak menyetor pajak malah dibiarkan,” tegasnya. 
Secara terpisah, Kabid Humas Polda Bali, Komisaris Besar Hery Wiyanto mengaku sampai saat ini belum mendapat laporan tentang percobaan penculikan dan pemerkosaan oleh oknum Taksi Uber tersebut. “Kita belum tahu itu (percobaan penculikan dan pemerkosaan taksi uber-red). Sampai saat ini kita belum dapat informasi,” ucapnya. 
Kendati belum mendapat laporan, namun Hery berjanji pihaknya akan bertindak melakukan penyelidikan atas informasi tersebut. “Coba nanti kita telusuri di media sosialnya,” tandasnya.
Berikut foto bukti pengaduan korban di jejaring sosial media (Path)


Ternyata, hal yang dituduhkan terhadap pengemudi Uber tersebut sama sekali tidak benar dan dari pihak korban pun telah mengklarifikasi bahkan pemimpin Uber di Bali pun turut membantu menyelesaikan masalah.

Saya kutip dari berita dari BeritaBali.
Beritabali.com, Denpasar. Pemilik akun media sosial Path bernama Rachmania, sebelumnya mengaku hampir menjadi korban pemerkosaan oleh sopir taksi Uber di Bali. Dia membeberkan hari buruk yang membuatnya trauma itu dalam akun Path miliknya. Setelah kejadian nahas yang dialami, ia melaporkan peristiwa itu ke pihak Uber. Saat itu juga dilakukan pelacakan, dan hasilnya sopir yang datang kepadanya bukanlah dari Uber, tetapi orang lain. 
"Setelah kita menginvestigasi semua jejak, kita menyimpulkan bahwa driver yang saya sebut (Rendy, pengemudi Avanza DK 1698 FX) tidak berbuat cabul. itu membingungkanku, terlebih setelah apa yang saya alami. Saya lantas mengingat-ingat sejak saat mengorder Uber tadi malam," kata Rachmania dalam akun Pathnya Minggu (10/1/2016). 
Menurutnya, Rendy, yang sebelumnya diduga sebagai pelaku pencabulan memang memiliki wajah mirip dengan pelaku. Namun terdapat berbedaan yang mencolok antara pelaku dengan Rendy, yaitu soal rambut. Selain itu, Rachmania juga mengakui kesalahannya tidak memperhatikan detail pemesanan. Seharusnya mobil yang menjemputnya tipe Avanza, tetapi yang datang Suzuki Splash bernopol depan DK 1878 dan nopol belakang DK 1319 KN. Sedangkan nomor telepon pelaku adalah 081236237931. 
"Saya ceroboh, tidak begitu memperhatikan bahwa mobil yang datang berbeda. Ternyata yang datang pria lain yang cabul, bukan Rendy," terang Rachmania. 
"Dan cerobohnya saya begitu saja percaya dengan sopir. Jadi Rendy adalah sopir Uber yang saya pesan, tetapi kemudian yang datang orang lain yang mengaku sebagai sopir Uber juga, dan orang inilah yang mengantar saya pergi. Rendy datang menjemput dan menunggu saya sampai 45 menit, sementara saya sudah dijemput driver palsu Uber," lanjutnya. 
Rachmania mengklarifikasi bahwa dirinya hingga kini masih bingung dengan peristiwa yang dihadapi. Memesan taksi tetapi yang datang sopir taksi palsu yang berpura-pura sebagai driver Uber. Hingga kini pelaku masih belum tertangkap. 
Di akhir postingannya, Rachmania sebenarnya ingin segera bertemu dengan pelaku dan memberinya pelajaran. Namun untuk saat ini, dia ingin fokus untuk menyembuhkan trauma. Dia mengingatkan agar orang lain lebih berhati-hati dalam memesan taksi online. Jangan sampai kejadian yang dialaminya terulang kembali. 
Terkait hal ini, Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Badung, K. Ngurah Sutharma, SH meminta masyarakat jangan selalu percaya dengan sesuatu yang mudah dan murah. Menurutnya, karakter sopir Taksi Uber tidak ada yang tahu dan tidak ada perusahaan yang bisa bertanggungjawab. 
Bagi Sutharma, Uber hanya aplikasi, sehingga masyarakat harus berhati-hati dan waspada terhadap keamanan dan keselamatan dengan iming-iming kemudahan dan biaya yang murah. 
"Orang kan mencari yang mudah dan murah, tapi karakter sopirnya (Uber taksi) kan tidak jelas. Apalagi uber itu kan tidak ada kantornya dan yang bertanggungjawab tidak ada. Itulah kenapa sopir bisa memperkosa atau nantinya bisa merampok dan membunuh," ucapnya, Minggu (10/1/2015). 
Oleh sebab itulah, Ketua Koperasi Wahana Dharma Organda Bali ini meminta Pemerintah Daerah Bali bertindak tegas, jika sampai Taksi Uber merugikan masyarakat. Apalagi selama ini telah mengganggu kenyamanan taksi yang legal dan membayar pajak.
Ini merupakan contoh kecil dimana kurangnya kewaspadaan kita untuk melihat suatu masalah, dan hanya melihat dari satu sudut pandang. Pada dasarnya semua masalah yang terjadi hendaknya diselesaikan langsung kepada pihak yang berkewajiban/yang memiliki kuasa atas penyelesaian masalah, karena di era ini apapun yang terjadi kita pasti menyebar luaskan lewat jejaring sosial. Seharusnya kita dapat memilah mana yang wajar menjadi konsumsi netizens dan dapat di selesaikan dengan cara mecari bantuan dari netizens, atau pantasnya diselesaikan secara pribadi dengan jalur hukum yang ada.

Karena banyak sekali adanya kesalaham-kesalahan penggunaan jejaring sosial yang menyebabkan adanya pencemaran nama baik dan merugikan pihak tertentu.

NB: postingan ini saya buat bukan untuk menyinggung pihak manapun, ini adalah bentuk pendapat dan aspirasi yang saya utarakan kepada netizens.

No comments:

Post a Comment